Berapa lama kita menonton TV dalam satu hari? Satu
jam? Dua jam? Lima jam? Atau 24 jam? Hm….kecuali mungkin anak kos yang nggak
punya TV yang dalam satu minggu sama sekali nggak menikmati siaran TV, hehe,
Tahukah kita? Ternyata kebanyakan
kegiatan menonton TV cenderung tidak terencana dan bersifat tak sadar. Tiap
kali mempunyai waktu luang, kita langsung merebahkan diri di sofa dan menekan tombol
TV. Dalam banyak keluarga, TV dinyalakan begitu salah satu anggota bangun tidur
atau memasuki rumah, tak peduli ada yang menonton atau tidak. Televisi jadi
nyaris seperti radio, peralatan yang memainkan video musik sementara para
anggota keluarga keluar masuk ruangan, hilir mudik dari dan ke lemari es, dan
mengobrol di televisi. Televisi hidup dari hari ke hari tanpa disadari (Chen
dalam Pitaloka, 2008).
Dalam
studi yang dilakukan oleh Pitaloka (2008), ternyata ditemukan dua kecenderungan
dalam menonton televisi pada remaja, yakni secara sadar dan tidak sadar.
Penelitian yang melibatkan subyek dari usia 13-20 tahun ini mengungkapkan
televisi sebagai media hiburan yang mereka nikmati tanpa melakukan aktivitas
lain, sementara yang lain menikmati 'sambil lalu' atau seperti yang dikemukakan
Chen yakni tanpa disadari. Selain itu, adanya acara televisi favorit membuat
mereka harus menjadwal ulang kegiatan pada hari acara tersebut ditayangkan,
sementara aspek kognisi, afeksi dan konasi juga terlibat pada saat menyaksikan
acara televisi (Pitaloka, 2001).
Perilaku
pada remaja tersebut sedikit banyak merupakan refleksi perjalanan 'kebiasaan'
mereka berperilaku terhadap pesawat televisi sejak dini. Untuk mencegah
terbentuknya perilaku menonton televisi tak sadar hingga sang anak beranjak
dewasa dan harus memutuskan banyak hal dalam kehidupan, salah satu sisi
kehidupan yang nampaknya sepele; 'menonton televisi', seharusnya menjadi
potensi yang dapat dikembangkan secara positif sejak dini.
Sebagai media, televisi memiliki empat fungsi, yakni
fungsi komersial, alat hiburan, penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya,
fungsi yang terakhir, yakni edukasi, kerap terabaikan, padahal kalau
dimanfaatkan untuk edukasi, TV bisa berperan yang luar biasa. Nah menyadari
pentingnya peran TV dalam edukasi, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)
melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) memulai
siaran TV Edukasi (TVE), yang bisa dimanfaatkan oleh semua pihak, baik guru,
siswa, maupun orang tua. Btw tau kan TVE? Gawat nih klo nggak tau,
Nah, pembelajaran dengan
mempergunakan TVE penting dilakukan, karena dengan mempergunakan tayangan TVE
dalam pembelajaran, maka guru dapat terbantu untuk menyampaikan hal-hal yang
tidak bisa dibawa guru di kelas karena obyek pembelajaran terlalu kecil (misal:
sel, atom, unsur, jaringan, dll), obyek pembelajaran terlalu besar (misal:
gunung, samudra, pesawat udara, dll), kendala geografis (misal: hutan, jurang,
pulau terpencil, dll), berbahaya (misal: bencana alam, ledakan nuklir, dll),
informasi dan pengetahuan baru yang sebelumnya tidak pernah didapat guru semasa
sekolah ataupun kuliah (misal:semangka berbentuk kubus atau balok). Melalui
tayangan siaran televisi seperti tersebut di atas, siswa dapat memperoleh
manfaat yaitu semakin luasnya khasanah pengetahuan atau wawasan serta
memperoleh tambahan pengetahuan di luar yang diperoleh dari gurunya.
Misalnya
siaran di bawah ini,
Kebayang
kan besarnya manfaat TVE dalam pendidikan? Itu baru satu contoh siaran, masih
banyak lagi siaran lainnya….
O iya, ada yang pernah dengar
istilah teknologi pendidikan? Kebanyakan orang mengartikan teknologi pendidikan
sebagai peralatan IT atau mesin yang digunakan dalam pendidikan, padahal yang
dimaksud dengan teknologi pendidikan tidak sesempit itu, Percival &
Ellington (1984) menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan evaluasi atas
sistem, tehnik, serta alat bantu untuk
meningkatkan proses belajar (manusia), hm…cakupannya sangat luas, lebih
dari sekedar perangkat keras. Unsur-unsurnya terdiri dari proses belajar, penciptaan
kondisi belajar yang teruji, penyediaan produk belajar dan sistem
penyampaiannya, serta penyediaan sumber-sumber belajar lainnya.
Karena TVE juga merupakan bentuk
dari teknologi pendidikan, unsur-unsur teknologi pendidikan tersebut dapat
dikaitkan dengan program TVE. Dalam hal proses belajar, proses belajar yang
dilakukan individu bersifat personal, seseorang bisa mempersepsi dan menyerap
informasi sesuai dengan kondisi masing-masing. Perubahan perilaku, kognitif dan
skill sebagai hasil dari proses belajar juga akan berbeda-beda, tergantung
bagaimana individu melakukan proses belajarnya. Dan yang jelas tidak ada kriteria
kelulusan atau standar nilai yang diberikan dalam proses belajar individu
tersebut.
Kondisi belajar yang tercipta
dari program TVE juga sangat menyenangkan. Program-program yang ada dapat
dimanfaatkan sebagai bahan belajar/mengajar yang bisa dinikmati kapan saja
seseorang mau, bisa pagi, siang, atau pun malam, tidak harus menunggu duduk di
bangku sekolah dulu, ia juga dapat menikmatinya di rumah dengan kondisi yang
santai, bukan kondisi formal seperti di sekolah.
Materi-materi yang
disampaikan dalam program TVE sangat bermanfaat dalam menunjang bahan belajar
siswa. Jika di sekolah siswa belajar mengenai konsep pemahaman akan suatu hal,
maka melalui TVE siswa dapat menambah wawasannya dengan informasi yang lebih
kaya, misalnya siaran di atas, siswa di ajak melihat percobaan dengan cahaya
senter, siswa juga di ajak mengenal peralatan yang berhubungan dengan PLT
Matahari, dan siswa bisa mengetahui ukuran sebenarnya dari peralatan tersebut,
jika di sekolah, mungkin siswa hanya melihatnya dari gambar atau poster, dan
siswa akan sulit memastikan ukuran asli dari benda tersebut. selain itu siswa
juga di ajak mewawancari seorang tokoh, dan tentu saja semua hal ini akan
sangat kecil kemungkinannya didapatkan siswa di sekolah.
Tau istilah E-learning? Naidu
(2003) menyatakan bahwa e-learning mengacu pada penggunaan jaringan teknologi dan
komunikasi dalam proses belajar mengajar. Romizowski (dalam Naidu, 2003)
menyatakan bahwa terdapat 4 (empat) pola dalam e-learning, yaitu:
1.
Individualized
self-paced e-learning online, yaitu situasi dimana individu belajar dengan menggunakan sumber-sumber
atau data base melalui internet atau intranet. Misalnya siswa belajar sendiri
dengan menggunakan sumber-sumber dari internet atau local network.
2.
Individualized
self-paced e-learning offline, yaitu situasi dimana individu belajar sendiri
dengan menggunakan data base atau secara offline, yang tidak terkoneksi
dengan jaringan internet atau intranet. Misalnya individu belajar dari CD atau
DVD.
3.
Group-based e-learning
synchronously, yaitu
situasi dimana sekelompok individu belajar bersama dalam waktu yang sama dengan
menggunakan internet atau intranet. misalnya sekelompok individu melakukan chatting
atau audio-videoconference.
4.
Group-based e-learning
asynchronously, yaitu
situasi dimana sekelompok individu belajar dengan terhubung kepad internet atau
intranet, namun ada jeda waktu diantaranya, misalnya diskusi melalui mailing
list atau email.
Jika dikaitkan dengan pola
e-Learning menurut Romizowski tersebut, maka TVE termasuk pada pola yang
pertama, yaitu Individualized self-paced
e-learning online, situasi dimana individu belajar dengan menggunakan sumber-sumber atau
data base melalui internet atau intranet, karena individu belajar melalui TV.
Naidu,
Som. 2008. Commonwealth of Learning. New Delhi:
Commonwelth Educational Media Center for Asia (CEMCA)
Sumber:
Pitaloka.2008. Diet TV Bagi Keluarga.
http://www.epsikologi.com/epsi/anak_detail.asp?id=515
Warsihna, dkk. 2008. Modul Pelatihan Pustekkom Televisi Edukasi (TVE) dan Radio Edukasi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional